Sunday 15 July 2018

Published July 15, 2018 by with 0 comment

Selenocosmia Crassipes, Sang Rattlesnake Tarantula

Dunia Tarantula
Diterbitkan: Senin, 16 Juli 2018 | 01.07 WIB oleh Rahmat Darmawan


Rattlesnake tarantula membuat suara peringatan dengan menggosokan taringnya
Foto: Mike's Basic Tarantula

Queensland, - Jika anda sedang berjalan menyusuri hutan di Queensland dan anda mendengar suara desisan khas ular derik (Rattlesnake) yang mematikan, jangan panik. Karena habitat ular derik berada di Amerika bukan di Australia, suara itu kemungkinan berasal dari Tarantula (Selenocosmia Crassipes) atau biasanya sering disebut Rattlesnake Tarantula.

Rattlesnake tarantula atau dikenal juga tarantula berdesis / bersiul akan menggosokkan taringnya untuk menghasilkan suara mendesis yang unik ketika terancam atau memperingatkan musuhnya agar menjauh.

Tapi tidak seperti ular derik, gigitan tarantula tidak mematikan tetapi gigitannya menyebabkan mual, pembengkakan dan rasa sakit di daerah sekitar gigitan.

Fotografer satwa liar Nick Volpe merekam video suara desisan rattlesnake tarantula dan mempostingnya secara online.



Dengan menggunakan pensil dia memprovokator tarantula, dia dengan lembut mendorong kaki depan tarantula untuk mendapatkan suara desisan.

"Laba-laba ini ditemukan di Queensland tengah. Mereka adalah spesies langka dan suara berderak diperkirakan digunakan untuk mencegah pemangsa,"kata Nick Volpe.

"Hewan (dalam video) adalah hewan tangkapan yang akan digunakan untuk tujuan mulia. Ini adalah tampilan mengancam dan laba-laba itu tidak dirugikan dengan cara apapun."

Nick mengatakan suara itu diciptakan oleh tarantula yang menggosokan taring mereka.

"Jika mereka didekati oleh pemangsa mereka mengangkat kaki depan mereka dan menciptakan suara dengan taring mereka untuk menakut-nakuti pemangsa."

Dia mengatakan, meskipun suaranya menakutkan dan fakta bahwa mereka terlihat mematikan, tetapi mereka tidak akan bisa membunuh manusia.

"Gigitan mereka tidak memiliki arti medis, hanya akan menyebabkan rasa sakit, pembengkakan dan mual."

Ancaman terbesar bagi rattlesnake tarantula adalah pemburu yang menangkapi mereka dari alam liar untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, dimana mereka sangat populer sebagai peliharaan eksotis.
Read More
      edit

Sunday 10 June 2018

Published June 10, 2018 by with 0 comment

Tarantula Raksasa versi Guinness World Records

Dunia Tarantula
Diterbitkan: Minggu, 10 Juni 2018 | 15.43 WIB oleh Rahmat Darmawan

Theraphosa Blondi, dinobatkan sebagai tarantula terbesar oleh Guinness World Record.
Foto: John / Flickr

Surabaya, - Jika anda berfikir laba-laba tidak ada yg berukuran besar, coba anda berfikir ulang. Laba-laba terbesar yang diketahui di dunia adalah spesimen laki-laki dari laba-laba tarantula Goliath Bird-Eater (Theraphosa Blondi).

Pemberian nama Goliath Bird-Eater diambil dari ukiran tembaga awal abad ke-18 oleh Maria Sibylla Merian yang menunjukan seekor laba-laba besar memakan burung kolibri, meskipun Theraphosa Blondi sendiri jarang memakan burung.

Spesimen terbesar yang pernah ditemukan oleh anggota Ekspedisi Pablo San Martin di Rio Cavro, Venezuela pada bulan April 1965 dengan rentang kaki 11 inci (28 cm). Cukup untuk menutupi piring makan malam anda.

Spesies ini ditemukan di hutan hujan pesisir Suriname, Guyana dan Guyana Prancis, tetapi ada juga beberapa spesimen yang terisolasi telah dilaporkan berada di Venezuela dan Brazil.

Seekor tarantula berusia 2 tahun dari spesies yang sama, yang dibesarkan oleh Robert Bustard dan dibesarkan oleh Brian Burnett dari Alyth, Perthshire juga memiliki rentang kaki 11 inci (28 cm) dan beratnya 6 oz (170 gram) pada bulan Februari 1998.

Untuk sistem reproduksi, Theraphosa Blondi tidak seperti tarantula lainnya betina tidak memakan jantan selama proses kawin. Theraphosa Blondi betina mampu bertelur antara 100 sampai 200 telur dalam kantung raksasa berukuran lebih dari 1 inci. Telur-telur itu ditutupi rambut sehingga aman dari ancaman predator.

Telur tarantula membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu untuk meneteetelah menetas bayi tarantula (Spiderling) membutuhkan waktu 2 hingga 3 tahun untuk menjadi dewasa (Adult). Sebelum memasuki usia dewasa biasanya spiderling hidup bersama dengan induknya hingga akhirnya mampu berjuang sendiri.

Tarantula Goliath Bird-Eater betina mampu hidup 15 sampai 25 tahun, sementara tarantula jantan hanya berusia 3 sampai 6 tahun.
Read More
      edit

Saturday 9 June 2018

Published June 09, 2018 by with 1 comment

Video: Bagaimana Tarantula Ganti Kulit

Dunia Tarantula
Diterbitkan: Minggu, 10 Juni 2018 | 13.18 WIB oleh Rahmat Darmawan

Pernahkah anda membayangkan bagaimana seekor tarantula berganti kulit?
Sumber : Google

Surabaya, - Sebuah video timelapse mempertontonkan bagaimana Tarantula lutut merah Meksiko (Brachypelma Smithi) sedang berganti kulit.

Video berdurasi 40 detik yang diunggah oleh Kebun Binatang & Kebun Raya Cincinnati, Amerika Serikat, merekam bagaimana proses tarantula dewasa yang sedang berganti kulit (Moulting).

Sebenarnya, tarantula menghabiskan waktu 7 jam lamanya untuk melepaskan eksoskeleton atau kulit lamanya.

Spesies tarantula lutut merah Meksiko (Brachypelma Smithi) adalah spesies laba-laba tarantula yang bersifat jinak dan habitatnya di gurun dan semak belukar Meksiko.

Sama seperti semua arthropoda lainnya, tarantula harus berganti kulit (Molting) untuk bisa tumbuh.

Arthropoda memiliki kulit yang keras dan tidak fleksibel. Yang berarti arthropoda tidak dapat berkembang menjadi lebih besar apabila tetap pada kulit lamanya. Dengan kata lain, tarantula harus menumbuhkan kulit baru, supaya bisa tumbuh lebih besar.


Biasanya, tarantula dewasa berganti kulit sekitar 1 tahun sekali, sedangkan untuk tarantula yang lebih muda biasanya proses berganti kulit terjadi lebih sering. Para ilmuan menyebutnya "Ecydysis" dan proses ini merupakan proses yang sangat penting.

Tarantula mulai mensekresi atau menumbuhkan kulit barunya ketika masih terbungkus eksoskeleton yang lama. Ketika jaringan hidup antara kulit lama dan kulit baru mulai hancur, proses moulting akan terjadi.

Mula-mula, tarantula akan meremas perutnya dan mendorong ke arah kepala dan bagian atas tubuhnya. Hal ini menciptakan tekanan pada kulit lamanya yang dimulai dari bagian kepala tarantula. Kemudian tekanan mengarah ke bagian punggung dan tarantula mulai menendang kulit lamanya.

Setelah tarantula berhasil melepaskan diri dari kulit lamanya, kulit baru tarantula yang semula lembut perlahan mulai mengeras dalam beberapa hari.

Ganti kulit pada tarantula sebenarnya bukan hanya tentang pertumbuhan. Kulit baru tarantula juga dilengkapi dengan sejumlah besar tambahan baru pada tubuhnya.

Seperti, bebas dari parasit di kulit lamanya serta alat sensorik dan bulu pelindung yang baru. Tarantula juga dapat menggantikan organ internal dan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang.

Read More
      edit

Sunday 11 March 2018

Published March 11, 2018 by with 0 comment

Haploclastus Validus, Tarantula Dengan Strategi Berburu Yang Unik

Dunia Tarantula
Diterbitkan: Minggu, 11 Maret 2018 | 21.36 WIB oleh Rahmat Darmawan

Robust Trapdoor Tarantula telah membuat jebakan di cabang pohon di hutan dalam Aarey, Mumbai, India. Foto: A. Mandrekar

Surabaya, - Salah satu hal yang menjadi objek penelitian dari para ilmuwan adalah cara hewan dalam berburu makanan, karena sebagian besar aktivitas utama hewan adalah mencari makan. Banyak predator yang memiliki cara unik saat menaklukan dan menangkap mangsanya itu.

Dari berbagai cara tersebut ada yang membuat kita terkagum-kagum dengan strategi berburunya lantaran di luar dari perkiraan manusia. Salah satunya adalah Robust Trapdoor Tarantula (Haploclastus Validus) spesies dari genus Haploclastus dan family Theraphosidae atau biasa dikenal dengan tarantula.


Genus Haploclastus adalah endemik negara India dan diwakili oleh 7 spesies. Salah satunya spesiesnya Haploclastus Validus yang dideskripsikan pertama kali oleh Reginald Innes Pocock pada tahun 1899 dan ini adalah record pertama trapdoor tarantula yang berasal dari India.

Sesuai dengan namanya trapdoor tarantula, tarantula ini menggunakan lubang atau pintu untuk menjebak mangsanya. Sang tarantula akan membuat lubang, lalu merekatkan bagian dalam lubang dengan ranting atau tanah dengan jaring lengket yang dihasilkan tubuhnya hingga menjadi sebuah rumah yang kokoh, sehingga terhindar dari bahaya.

Tarantula tersebut akan bersembunyi di dalam lubang dengan yang disamarkan oleh ranting-ranting pohon dan daun, sehingga tampak seperti tidak ada lubang. Karena itulah, serangga atau hewan lain yang menjadi buruannya tidak menyadari hingga mendekat, atau bahkan berdiri di atas lubang tempat tarantula bersembuyi. Karena mangsa sudah mendekat, tarantula dengan mudah menarik mangsanya ke dalam lubang untuk dimakan.
Read More
      edit

Wednesday 7 March 2018

Published March 07, 2018 by with 0 comment

Foto: 9 Laba-laba Paling Aneh yang Harus Anda Ketahui

MONGABAY
Diterbitkan: Senin, 16 September 2016 oleh Rahmadi Rahmad

Anatomi laba-laba. Sumber: Wikipedia

Laba-laba tersebar luas di muka bumi. Ada sekitar 45 ribu jenis laba-laba yang dapat kita temukan di penjuru dunia, kecuali di Benua Antartika.
Ciri umum laba-laba adalah memiliki empat pasang mata, delapan kaki, tidak bersayap dan tidak pula memiliki mulut pengunyah, serta karnivora.

Karakter khas fisik laba-laba adalah memiliki dua segmen tubuh. Bagian badan depannya dinamakan cephalothorax atau prosoma yang merupakan perpaduan kepala dan dada.

Sementara bagian belakangnya berupa abdomen (perut) atau opisthosoma. Penghubung antara cephalothorax dan abdomen ini berupa selaput tipis yang disebut pedicellus.

Umumnya, laba-laba tidak memiliki penglihatan yang baik, alias tidak bisa membedakan warna. Ia hanya sensitif pada gelap dan terang. Untuk menandai kehadiran mangsanya, laba-laba mengandalkan getaran yang ada pada jaring suteranya. Atau juga pada tanah, air, dan tempat yang ia diami.

Berikut adalah 9 jenis laba-laba paling unik yang ada di planet ini sebagaimana dilansir dari Live Science.

  • Bat-Eating Spiders
Bat-Eating Spider. Foto: Yasunori Maezono, Kyoto University, Japan

Menurut peneliti, jenis ini dapat ditemukan di seluruh dunia, yang sekitar 90 persen hidup di iklim hangat. Bat-eating spiders tersebar di banyak negara, termasuk Australia, Jepang, dan India. Sang betina, tubuhnya bisa mencapai panjang 8 inci (20 cm), yang ukuran ini jauh melebihi si jantan. Laba-laba ini terkenal sebagai pemakan kelelawar yang terperangkap di jaringnya.
  • Goliath Birdeater (Theraphosa Blondi)
Goliath Birdeater (Theraphosa Blondi). Foto: Piotr Naskrecki

Makhluk ini diyakini sebagai laba-laba terbesar di dunia yang dijuluki The South American Goliath birdeater (Theraphosa blondi) dari Guyana. Rentang kaki laba-laba raksasa ini mencapai 12 inci (30 cm) dengan berat 170 gram atau seukuran anak anjing, sebagaimana penuturan para ilmuwan. Langkah kakinya akan terdengar saat ia mendekat, seperti kita mendengar kuda menghentak kaki ke tanah.

Patut diwaspadai, jenis ini memiliki memiliki taring sepanjang 2 centimeter yang dapat menggigit sewaktu-waktu. Meski namanya Goliath birdeater, akan tetapi ia tidak tidak identik memakan burung, karena pada dasarnya, ia akan menyerang apa saja yang dihadapinya.

  • Nursery-Web Spiders (Pisaurina Mira)
Nursery-Web Spiders (Pisaurina Mira). Foto: Credit: Alissa Anderson

Jenis ini merupakan jenis pemburu berkaki panjang yang dapat menangkap dan mengalahkan mangsanya. Meski ukuran tubuh betina lebih lebar, 12 – 17 milimeter, akan tetapi peneliti mencatat untuk ukuran kaki, sang jantan justru lebih panjang ketimbang betina. Studi menjelaskan, laba-laba ini memiliki perilaku kawin yang berbeda, si jantan akan membungkus betina dalam jaring suteranya selama perkawinan berlangsung. Pisaurina mira ditemukan di sepanjang pesisir timur Amerika Serikat, serta barat Texas, Nebraska, dan Wisconsin.
  • Funnel-web Spiders (Atrax Sutherlandi)
Funnel-web Spiders (Atrax Sutherlandi). Foto: Mark Wong

Funnel-web Spiders (Atrax sutherlandi) dari Australia ini memiliki taring merah yang membuatnya dijuluki “Laba-laba Drakula,” meski ia sebenarnya pemakan serangga. Jangan terlalu dekat, karena ia akan melancarkan serangan dalam bentuk sengatan.

Laba-laba pemalu ini panjangnya 5 cm dan sangat sulit untuk ditangkap karena mereka menghabiskan seluruh waktunya di liang bawah tanah, sehingga variasi warna mereka sulit didokumentasikan. Para ahli mengatakan, banyak jenis laba-laba yang memiliki warna berbeda antar individunya.
  • Skeletorus & Sparklemuffin
Sparklemuffin. Foto: Jürgen Otto

Pada 2015, dua spesies baru laba-laba merak atau peacock spiders ditemukan di Australia. Laba-laba tersebut ditemukan di tenggara Queensland oleh mahasiswa asal University of California, Berkeley.
Satu jenis dinamakan “Skeletorus” karena ada tanda hitam dan putih, yang menunjukkan tampilannya mirip tengkorak. Satu lagi, dijuluki “Sparklemuffin,” dengan garis warna kebiruan dan kemerahan di perutnya. Laba-laba ini memiliki karakteristik tarian kawin, yaitu dengan mengangkat kaki dan menggoyangkan tubuhnya.
  • Jumping Spider (Plexippus Sp.)
Jumping Spider. Foto: Nick Hobgood, University Of South Pacific

Sebagian laba-laba memilih makanan sehat sebagai pola hidup mereka. Studi yang dilakukan di 2016 menunjukkan, 60 persen laba-laba dari anggota keluarga pelompat atau jumping spider family (Salticidae) merupakan pemakan tanaman. Para peneliti mengatakan, laba-laba yang memakan sayuran tersebut akan membuat mereka tangguh ketika pangan mulai berkurang. Bahkan, ada juga laba-laba yang memakan nektar.
  • Diving Bell Spider (Argyroneta Aquatica)
Diving Bell Spiders. Foto: Copyright Stefan Hetz

Diving bell spiders dapat memanfaatkan gelembung udara untuk ia bernafas di bawah air, yang pada dasarnya sebagaimana teknik tank mini scuba-diving. Panjang tubuh laba-laba ini hanya 0,4-0,6 inci (10 – 15 milimeter), sehingga satu gelembung dapat menyediakan udara baginya sepanjang hari.
  • Orb-Web Spiders (Cyclosa Ginnaga)
Web Spiders (Cyclosa Ginnaga). Foto: Min-Hui Liu


Banyak hewan menyamarkan dirinya untuk menghindari predator. Laba-laba ini memiliki cara unik, menampakkan dirinya sebagai kotoran burung.
Tubuhnya yang berwarna perak, dan dekorasi jaring warna putih membuatnya sepintas terlihat seperti kotoran burung. Langkah ini dilakukan laba-laba agar ia tidak dimangsa tawon.
“Predator akan membentuk citra pencarian saat memburu laba-laba, dan biasanya tidak akan tertarik pada kotoran burung,” jelas I-Min Tso, ahli ekologi perilaku dari National Chung-Hsin University, Taiwan.
  • Brazilian Wandering Spider (Phoneutria Nigriventer)
Brazilian Wondering Spider. Foto: Epic Wildlife / Youtube

Pasien yang tersengat racun laba-laba ini tidak hanya mengalami rasa sakit menyeluruh dan peningkatan tekanan darah. Tetapi juga, efek yang yang merangsang daya seksual pada lelaki dalam hitungan jam. Meski memberikan rasa tidak nyaman bagi penderita, namun peneliti sedang mengeksplorasi kandungan senyawa dalam bisa tersebut guna kemajuan ilmu penelitian.


Read More
      edit

Sunday 18 February 2018

Published February 18, 2018 by with 0 comment

Peneliti Temukan Spesies Baru Tarantula Berkilauan Bak Dialiri Listrik

Beritagar.id
Diterbitkan: Sabtu, 25 November 2017 | 07:57 WIB

Tarantula Biru Elektrik
Photo by Andrew Snyder

Guyana, - Hanya dalam kurun satu bulan, para peneliti yang melakukan survei ekologis di Guyana berhasil menemukan lebih dari 30 spesies baru. Temuan yang disebut paling menarik adalah tarantula berwarna biru elektrik nan eksotis.

Menurut laporan yang dirilis pada 16 November 2017, tarantula tersebut ditemukan di Taman Nasional Kaieteur dan Upper Potaro di negara kawasan utara benua Amerika Selatan itu. Kebetulan, kawasan tersebut memang dikenal kaya keanekaragaman hayati dan habitat bagi sejumlah spesies endemik.

Ahli hewan melata dan amfibi, Andrew Snyder, menceritakan bahwa tarantula itu ditemukan tak sengaja. Ia melhat pohon yang sudah membusuk dengan sejumlah lubang di Upper Potaro.

Lantas Snyder mengarahkan lampu sorot ke dalam satu lubang. Tanpa dinyana sinar lampu diduga membuat tarantula keluar dari lubang.

Snyder dan para peneliti belum bisa menjelaskan jenis tarantula itu. Maklum, wujudnya tak lazim bagi keluarga Theraphosidae, nama latin tarantula dalam ranah ilmiah.

Snyder menduga tarantula biru ini adalah spesies komunal dari sub-keluarga Ischnocolinae (laba-laba) yang biasa bersembunyi di dalam lubang. Salah satu tandanya adalah tarantula jarang bersembunyi dan jenis terbaru ini tak punya cukup banyak rambut yang biasanya jadi pertahanan pertama dari predator.

Menurutnya, ini belum tentu permainan warna (iridescence). Tarantula kobalt di Asia Tenggara juga memiliki kaki biru yang mengkilap, sama halnya dengan tarantula biru Singapura (Lampropelma Violaceopes) dan tarantula biru Greenbottle (Chromatopelma Cyaneopubescens) yang memiliki kaki biru dan cangkang keras (karapas).

"Saya ke sana malam hari, sinar lampu sorot saya menimbulkan kilauan biru dari dalam lubang. Semula saya mengabaikannya karena saya pikir hanya laba-laba biasa.

"Namun saya merasa ada yang berbeda, ada sesuatu yang membuat saya kembali ke sana," katanya dalam laporan tertulisnya.

Dilansir Ibtimes, Kamis (23/11/2017), ini merupakan salah satu survei ekologi terbesar di sana yang melibatkan peneliti dari World Wildlife Fund (WWF), Universitas Guyana, serta Komisi Kawasan Lindung dan Konservasi Margasatwa Global.

Selain tarantula termaksud, para peneliti juga menemukan 6 spesies baru ikan, 3 tanaman, 15 kumbang air, katak, dan beberapa capung. Semuanya adalah hal baru di bidang sains.

Selain menemukan sejumlah spesies baru, survei tersebut juga menyoroti peran penting kawasan ini sebagai habitat spesies terancam seperti Tepui Swift, Jaguar, Peccary berbibir putih, dan Katak roket ikonik.

Laporan itu juga mengatakan bahwa kawasan tersebut memiliki lebih dari 50 % burung, 30 % mamalia, dan 43 % amfibi.

"Pemandangan Guyana berbeda dalam banyak hal," kata para periset. "Tapi yang paling luar biasa adalah bahwa lebih dari 85 persen di antaranya masih ditutupi oleh hutan hujan, proporsi kedua tertinggi di dunia, pada saat negara-negara lain mengalami kerugian keanekaragaman hayati dan degradasi lingkungan yang besar.

Pada saat yang sama, keanekaragaman hayati Guyana tetap sebagian besar tidak terdokumentasi dan kurang dipelajari." kata mereka.

Keanekaragaman hayati negara itu dilindungi secara alami karena kepadatan penduduk manusia yang rendah dan banyak daerah yang tidak dapat diakses. Namun selama dekade terakhir, ancaman dari penambangan liar dan kegiatan berbahaya lainnya meningkat.


Read More
      edit

Thursday 6 July 2017

Published July 06, 2017 by with 0 comment

Peneliti Queensland Perah Tarantula Demi Ungkap Khasiat Racunnya

detikNews
Diterbitkan: Senin, 18 Januari 2017 | 12:27 WIB

Peneliti Universitas Queensland, Castro Santana tengah memerah racun dari seekor tarantula dengan bantuan kawat bermuatan listrik ringan. (Credit: ABC licensed)

Jakarta, - Jika anda berfikir memerah sapi merupakan pekerjaan yang sulit, bayangkan jika anda diminta memerah tarantula.

Ini lah yang dilakukan seorang peneliti di Queensland yang berusaha mengungkap manfaat dari racun satwa tersebut.

Peneliti di Universitas Queensland dan Queensland museum memerah bisa atau racun tarantula dengan harapan racun hewan itu dapat mengungkap identitas spesies tersebut lebih lanjut.

Selain itu mereka juga berharap dapat mengungkap potensi pengobatan dari racun tarantula itu.

Memerah tarantula untuk diekstrak racunnya membutuhkan proses yang sangat rumit.

Sebuah kawat bermuatan listrik ringan dicapitkan ke taring tarantula yang akan menyebabkan otot-otot satwa itu berkontraksi dan melepaskan racun ke dalam wadah.

Peneliti dari Universitas Queensland peneliti dan mahasiswa PhD Renan Castro Santana telah memiliki beberapa bisa dari spesies tarantula yang terkenal defensif ini.

"Tentu saja jika Anda mengambil begitu saja dia akan menggigit Anda, dan taringnya cukup besar - sekitar satu sentimeter hingga satu setengah sentimeter," katanya.

"Aku sudah pernah digigit dua kali. Itu agak menyakitkan."

Tarantula Australia ditemukan di Queensland, New South Wales, dan bagian Australia Selatan dan Northern Territory.

Mereka sering kali dikenal dengan sebutan laba-laba mendesis atau menggonggong karena mereka mengeluarkan suara mendesis ketika melakukan perlawanan terhadap predator.

"kita hendak mencoba memahami segala sesuatu yang terjadi dengan racun dari laba-laba ini," kata Castro Santana.

"Mungkin hewan ini memiliki racun yang bisa kita manfaatkan,"

Pengawas proyek ini dan pakar arachnida dari Museum Queensland, Dr Robert Raven berharap analisis koleganya dapat membuktikan kalau ada banyak spesies tarantula di Queensland dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Kita menyebut mereka spesies yang gemar bersembunyi ditempat yang gelap dan tersembunyi," kata Dr Raven.

Proyek ini akan menjadi mengahasilkan dampak yang besar untuk mengobati korban gigitan laba-laba dan juga akan membantu mengidentifikasi kepunahan satwa ini.

"Salah satu hal yang kita sedang usahakan dengan tarantula ini adalah bahwa banyak dari mereka terlihat begitu sangat mirip," kata Dr Raven.

"Jadi kami sudah menggunakan setiap metode tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk memahami perbedaan diantara tarantula tersebut,"

"Misalnya, jika Anda digigit oleh salah satu spesies tarantula yang berada didekat Ingham maka pasti tidak akan berdampak apa-apa,"

"Banyak anak-anak digigit oleh tarantula di kaki mereka dan itu bukan masalah besar."

"Seorang wanita yang digigit tarantula di dekat Cooktown yang kami pikir adalah spesies yang sama ternyata gigitan itu menghasilkan reaksi yang sama sekali berbeda."

"Dia mengalami pembengkakan besar di jari dan sangat kesakitan,"

Dr. Raven telah mempelajari laba-laba lebih dari empat dekade, awalnya hanya untuk mengatasi ketakutan pada satwa jenis ini.

Dia menuturkan dia menjadi sangat bersemangat mengungkap potensi bisa tarantula untuk pengobatan.

"Racun/bisa tarantula bisa sangat mudah digunakan sebagai dasar membuat obat atau produk farmasi untuk berbagai hal,"

"Salah satu hal yang kami teliti beberapa tahun lalu adalah fakta kalau racun mereka ternyata dapat mengikat sel-sel kanker payudara dan membuat mereka tidak bergerak kemana-mana, dan saat ini masih dalam tahap pengembangan,"

"Kini kami juga sedang meneliti kemungkinan menggunakan bisa tarantula untuk mengontrol rasa sakit,"

"Kami sudah mendapatkan petunjuk bahwa beberapa hal yang kami sedang teliti ternyata tidak hanya terbatas pada perkiraan kami sebelumnya saja, dan ini sangat menarik,"

Read More
      edit